Rabu, 22 Juni 2016

Makalah Pembelajaran Hukum Taklifi di Madrasah Aliyah Kelas XII Semester 2


my sweetest childs
    
  A. Definisi Hukum Taklifi Dan Pembagiannya
          1. Definisi Hukum Taklifi              
           Para ulama’ ushul fiqih membagi hukum syara’ menjadi hukum taklifi dan hukum wadh’i. Ketentuan yang Allah berikan yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, baik perintah, larangan, anjuran  untuk melakukan, anjuran untuk tidak melakukan, atau dalam bentuk memberi  kebebasan memilih untuk berbuat atau tidak berbuat.[1] Hukum taklifi adalah berupa firman Allah berhubungan dengan perbuatan mukallaf atas dasar iqtidha’ ataupun takhyir. Hal ini menuntut manusia untuk  melakukan  atau  meninggalkan sesuatu, memilih antara  berbuat dan meninggalkan. Dalam artian hukum taklifi  adalah ketentuan Allahyang bersifat perintah, larangangan atau pilihan antara perintah dan larangan.

          2. Pembagian Hukum Taklifi
           Menurut jumhur ulama’ hukum Taklifi dibagi menjadi lima macam yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, dan  mubah.
a.       Wajib menurut syara’ adalah perkara yang diperintahkan oleh syara’ secara keras kepada mukallaf untuk di laksanakan ataupun suatu perbuatan yang bila dikerjakan mendapat pahala dan mendapat dosa bila ditinggalkan.
      (1) Dari segi waktu, wajib di bagi menjadi:
            (a)  Wajib Muaqqot  yaitu  perkara  yang  diwajibkan  oleh  syara’ untuk                                        mengerjakannya dan  waktu  pelaksanaannyapun sudahditentukan  contohnya;                        shalat dan zakat. Firman Allah dalam surah An- Nur ayat 56;[2]
                                                     
                                                  وَاَقِيْمُواالصَّلَوةَوَاَتُواالزَّكَوةَ   (  النور  :  ٥٦
                       Artinya: “ Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat…” (An-Nur: 56)
                          (b)  Wajib Mutlaq yaitu perkara yang diwajibkan oleh syara’ yang waktunya belum                                      ditentukan, contohnya; haji yang diwajibkan bagi yang mampu dan waktunya                                        belum jelas.[3]
                    (2) Dari segi orang yang mengerjakan dibagi menjadi;
                        (a) Wajib ‘aini yaitu wajib yang harus dikerjakan tiap-tiap     individu yang tidak boleh diwakilkan pada orang lain, contohnya; shalat dan puasa.
                         (b) Wajib Kafai yang dibebankan pada sekelompok orang dan kalau salah seorang ada yang mengerjakan maka gugur kewajiban yang lain, contoh shalat mayit.[4]
                    (3) Wajib dari segi kadar tuntutan
                     (a)  Wajib Mukhaddat yaitu perkara yang sudah ditentukan oleh syara’ bentuk perbuatan yang diwajibkan dan mukallaf dianggap belum melaksanakan kewajiban sebelum melaksanakan seperti apa yang diwajibkan, contohnya shalat.
                           (b) Wajib  Ghoiru  Mukhaddat  yaitu  wajib yang  tidak ditentukan
                               tentang  cara pelaksanaannya dan  waktunya, serta  diwajibkan
                               atas mukallaf tanpa paksaan, contoh infaq dijalan Allah.
                    (4) Wajib Mu’ayan dan Mukhayar
                         (a)  Wajib Mu’ayan  yaitu kewajiban melakukan perbuatan  seperti
                                shalat dan  mukallaf belum gugur kewajibannya sebelum mela
                                ksanakan.
                         (b)  Mukhayar  yaitu  kewajiban  melakukan  beberapa  macam per 
                                buatan dengan memilih salah satu dari yang ditentukan,contoh
                                melanggar sumpah maka  kafaratnya  memberi makan sepuluh
                                orang miskin.
b.      Sunnah ( An-Nadb/ mandub ) adalah perkara yang diperintahkan oleh syara’ kepada mukallaf untuk mengerjakan dengan perintah yang tidak begitu keras atau dengan kata lain diberi pahala bagi yang mengerjakan dan tidak di siksa bagi yang meninggalkan. Sunnah di bagi menjadi tiga bagian yaitu:
(1)   Sunnah Hadyi yaitu perkara yang disunahkan sebagai penyempurna perbuatan wajib, contohnya adzan dan shalat berjama’ah
(2)   Sunnah Zaidah yaitu perkara yang disunnahkan untuk mengerjakan sebagai sifat terpuji bagi mukallaf kareba mengikuti sunnah Nabi, contohnya makan dan minum.
(3)   Sunnah Nafal yaitu perkara yang disunnahkan karena sebagai pelengkap perkara wajib. Yang mengerjakan mendapat pahala dan yang meninggalkan tidak di siksa atau di cela, contoh sholat sunnah.
c.       Haram merupakan perkara yang dituntut oleh syara’ untuk tidak mengerjakannya secara keras karena akan mendapat siksa.
(1)   Haram asli karena zatnya yaitu perkara yang diharamkan dari asalnya atau asli karena zatnya karena dapat merusak, contohnya zina.
(2)   Haram Ghairu zat yaitu perkara yang hukum aslinya wajib, sunnah atau mubah tapi kerena mengerjakannya di sertai dengan cara haram maka hukumnya haram[5], contoh shalat dengan pakaian hasil menggosob.
d.      Makruh adalah perkara yang dituntut syara’ untuk meninggalkan namun tidak begitu tegas. Makruh dibagi menjadi:
(1)   Makruh Tahtiman yaitu perkara yang ditetapkan meninggalkannya dengan bersumber dalil dzonni, seperti hadis ahad dan qiyas contohnya memakai perhiasan emas bagi para lelaki akan mendapat hukuman bagi yang meninggalkannya.
(2)   Makruh Tanzih yaitu perkara yang dituntut untuk meninggalkannya dengan tuntutan yang tidak keras, contohnya makan daging keledai jinak hukumnya tidak mendapat siksa bagi pelakunya.
e.       Mubah merupakan perkara yang dibebaskan syara’ untuk memilih atau meninggalkannya.
(1)    Mubah yang diterangkan syara’ tentang kebolehannya memilih antara berbuat atau tidak.
(2)   Mubah yangtidak diterangkan kebolehannya namun syara’ memberi kelonggaran bagi yang melakukannya.
(3)   Mubah yang tidak diterangkan sama sekali baik boleh mengerjakan atau  meninggalkannya.

      B. Kedudukan dan Fungsi Hukum Taklifi
           1. Kedudukan Hukum Taklifi      
             Kedudukan   hukum   taklifi   dalam   hukum   Islam   merupakan
ketetapan - ketetapan Allah itu sendiri  yang ada dalam  Al-Qur’an      dan hadist. Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT., menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran islam, baik yang mengatur hubungan antar manusia serta hubungan dengan Rabnya.
           2. Fungsi Hukum Taklifi
               Fungsi hukum taklifi adalah sebagai rambu-rambu bagi umat islam mengenai berbagai perbuatan yang boleh dan dilarang, perbuatan baik dan buruk, perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan dan dilakukan, serta mengenai pahala dan dosa.
                                 
      C. Pembahasan  Materi Hukum  Taklifi  dalam  Pembelajaran  Fiqih 
           Dengan Metode Diskusi dan Tanya Jawab

            Dalam arti tekstual fiqh adalah pemahaman dan perilaku yang diambil  dari   agama  yang   mengkaji  masalah  ubudiyah  (  masalah  ibadah ),  al – sakhsiyah (keluarga ),  muamalah ( masyarakat ), dan siyasah (  negara ).[6]   Mata  pelajaran  fiqih  di  Madrasah  Aliyah merupakan salah  satu mata pelajaran agama islam yang bertujuan;
 1.      Menanamkan nilai-nilai ibadah kepada Allah SWT.
          2.   Menanamkan kebiasaan melaksanakan hukum islam dengan ikhlas
          3.   Membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial siswa
          4.   Mengembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
          5.   Untuk membangun mental peserta didik
          6.   Sebagai  usaha  perbaikan kesalahan - kesalahan  dan kelemahan peserta
                didik dalam memahami fiqh
          7.   Sebagai bekal untuk mendalami fiqh.

      1. Pendekatan dan Metode dalam Pembelajaran Hukum Taklifi
            Ruang lingkup pembelajaran fiqh salah satunya adalah pembahasan tentang hukum taklifi. Pendekatan yang di gunakan adalah:
a.       Pendekatan  tekstual digunakan dalam pembelajaran fiqih materi hukum   
taklifi, karena dasar hukum yang diambil sebagai rujukan adalah teks tertulis yaitu kitab Al-Qur’an dan hadist.
b.      Dalam pembelajaran fiqh terutama dalam pembahasan materi hukum taklifi digunakan juga pendekatan kontekstual yaitu konsep dasar belajar yang didasarkan pada kejadian aktual yang ada di dunia nyata sekarang. Tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya dan mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja  sama.Dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) membantu guru dan siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan melibatkan komponen utama yaitu konsruktivisme, bertanya, menemukan, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.[7]

c.   Metode yang digunakan adalah metode diskusi dan tanya jawab ( mix methods ) yang memungkinkan terjadinya hubungan sosial dan suasana kelas menjadi lebih hidup.

      2. Kelemahan Metode Yang digunakan
a.     Kekurangan metode diskusi diantaranya terdapat sebagian siswa yang kurang atau tidak  aktif dalam diskusi, siswa merasa kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat secara  sistematis, dan bagi siswa diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggung  jawab.
b.    Kelemahan metode tanya jawab diantaranya adalah pemakaian waktu yang panjang       sehingga bahan pelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai yang ditetapkan, dan tidak cukup    waktu memberi giliran ada siswa.

      Contoh penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran fiqh materi     hukum taklifi  didasarkan pada pendekatan kontekstual adalah;
1)       Masalah yang  timbul  di masyarakat  tentang hukum memakan  daging         
Dalam kasusnya ada orang yang menyembelih hewan tidak dengan mengucapkan asma Allah, yaitu langsung memotong hewan tersebut atau menembaknya. Dari hal ini kemudian diangkat kepermukaan dan di bahas melalui pendekatan tekstual berdasar ayat Al-Qur’an Al Maidah ayat 3:[8]
                  حُرِّمَتْعَلَيْكُمُالْمَيْتَةُ والدَّمُ وَلَحْمُالْحِنْزِيْرِوَمَااُهِلَّلِغَيْرِاللهِ بِهِ ...   (  اَلْمَاءِدة  : ٣ )     

Artinya: “ Diharamkan bagimu ( memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih atas nama selain Allah…”.(Al-Maidah : 3)

2)      Utang piutang yang terjadi di masyarakat dalam bermuamalah tidak secara tunai banyak yang tidak membuat suatu catatan khusus ataupun tidak membuat catatan hitam diatas putih, sehingga kasus yang muncul adalah seseorang tidak memenuhi atau tidak melunasi  utang piutang dan dirugikannya seseorang. Hubungannya dengan nadb (sunnah), Allah berfirman dalam surah Al- Baqarah ayat 282:
                              
     يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اِذَاتَدَايَنْتُمْ  بِدَيْنٍ اِلَي اَجَلٍمُّسَمًّ فَكْتُبُوْهُ  …   (البقرة:٢٨٢ ) 
              
                Artinya: “ Hai orang - orang yang beriman,apabila kamu bermuamalah  
                tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah  kamu  menu
                liskannya…”( Al- Baqarah:282)

3)    Tentang hukum haram minuman yang memabukkan

                 Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
                                     كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَام      (    رواه  المسلم  )                                                                             
                Artinya: Setiap  yang  memabukan  adalah  khomr  dan  setiap  khomr
                adalah haram.” (HR. Muslim)
             
Kasus  yang  terjadi sekarang  adalah  banyak  anak  muda usia
sekolah   dasar  hingga  SMA  yang  menggunakan / meminum obat  batuk  “ komik ”  sebanyak banyaknya  agar  bisa mabuk,
ataupun  menghisap    lem  yang  bisa   mengakibatkan   pusing
kepala  yang   pada ahirnya hilang kesadaran/ hilang akal.

             Dengan menunjukkan dalil ataupun hukum dalam Al-Qur’an dan Hadist diharapkan peserta didik mampu memahami sebenar – benarnya antara yang haq dan yang bathil, yang boleh dan tidak boleh untuk selanjutnya diterapkan dalam keseharian.

III. PENUTUP
        A.  Kesimpulan
                         
     Hukum taklifi adalah hukum yang berisi perintah atau pilihan antara berbuat atau tidak berbuat. Hukum taklifi erat kaitannya dengan maqashid syari’ah yang lima yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Masing - masing memiliki pembagian tinjauan dari beberapa segi oleh beberapa imam.
     Dalam pembelajaran fiqih di Madrasah Aliyah, materi hukum taklifi membutuhkan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat, karena hal yang di bahas berhubungan erat dengan kehidupan manusia sehari- hari dan hukum taklifilah yang menjadi   dasar peraturan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Dengan endekatan dan metode serta komponen belajar lain yang tepat diharapkan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
.
B.  Saran
            Dengan adanya makalah ini, diharapkan pada mahasiswa agar lebih mudah memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah fiqh khususnya hukum taklifi yang selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan bapak dosen mata kuliah pembelajaran fiqh, penulis mengharapkan saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya membangun akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah selanjutnya.







[1] H.Satria Efendi,M Zein,Ushul Fiqh,Jakarta:Kenca  na,2009,h.41.
[2] H.Anwar Abu Bakar,L.C., Op.Cit, h.725
[3] Rachmat syafe’I, Ilmu Ushul Fiqh,Bandung:CV.Pustaka Setia,1999,h.296
[4] H.Satria Efendi,M Zein,Op.Cit, h.44-47.

[5] Rachmat syafe’I, Op.Cit, h.296
[6] M.Kholidul Adib, Fiqh Progresif: Membangun Nalar Bervisi Kemanusiaan,dalam Jurnal Justisia, edisi 24 XI,2003,h.
[7] Firdaus M.Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial-Paulo Fereira dan YB. Mangunwijaya, Jogjakarta:Logung Pustaka,2005,h.xii[8] H.Anwar Abu Bakar,L.C, Op.Cit, h.207


DAFTAR PUSTAKA

-Abu Bakar, H. Anwar,L.C.,Al-Qur’an dan Terjemahnya,Bandung: Sinar Baru
                  Algesindo,cet. Ke-3,2009

-Adib,M. Kholidul, Fiqh Progresif: Membangun Nalar Bervisi
                  Kemanusiaan,dalam Jurnal Justisia, edisi 24 XI,2003

-Anoeh’s Weblog,Hukum dalam Fikih Islam,2007.(didownload 31 mei 2016)

-Efendi,H. Satria,M Zein,Ushul Fiqh,Jakarta:Kencana,2009

- M.Yunus, Firdaus,Pendidikan Berbasis Realitas Sosial-Paulo Fereira dan YB.
                  Mangunwijaya, Jogjakarta:Logung Pustaka,2005

-Syamsuri,Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas x,Jakarta: Erlangga,2007

-Syafe’I, Rachmat, Ilmu Ushul Fiqh,Bandung:CV.Pustaka Setia,1999

1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site - Live Blackjack, Craps
    Lucky Club Casino is an online casino and poker site that provides Live 카지노사이트luckclub Blackjack, Craps, Poker, Roulette, Video Poker, Video Poker.

    BalasHapus